jam

Kamis, 14 Mei 2009

Pendidikan Jiwa Lewat Sastra

PALANGKARAYA, KOMPAS - Sastra dapat berfungsi sebagai media pendidikan jiwa, memperhalus budi pekerti, mempertajam kepekaan sosial, dan meningkatkan kecerdasan spiritual. Pendidikan tidak terbatas pada hal yang bersifat formal dan lahiriah, tetapi juga pendidikan nonformal dan informal, yang di dalamnya meliputi pendidikan jiwa atau budi pekerti.
Demikian Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah, Puji Santosa, dalam acara Dialog Sastra bersama sastrawan sufistik Danarto, di Palangkaraya, Jumat (21/3).
Salah satu sarana pendidikan jiwa untuk meraih kesempurnaan hidup adalah melalui kegiatan membaca, memahami, mendendangkan, mendalami makna, dan menga malkan makna yang tersurat atau tersirat dalam karya sastra yang tersirat dalam karya sastra yang ditulis Saudara Danarto, kata Puji.
Menurut Puji, karya sastra Danarto banyak memberi pencerahan, penerangan hati, memperhalus budi pekerti, memperluas wawasan, mempertajam kepekaan sosial, dan meningkatkan kualitas kecerdasan spiritual. Dengan kata lain, lanjut Pu ji, karya Danarto dapat digunakan sebagai media pendidikan jiwa.
Konsep pendidikan jiwa melalui karya sastra dapat dibaca pada karya Danarto, mulai dari kumpulan cerita pendek Godlob, Berhala, Gergasi, Orang Jawa Naik Haji, Asmaraloka, dan Setangkai Melati di Sayap Jibril.
Danarto yang dikenal sebagai penulis produktif di Indonesia lahir di Sragen, Jawa Tengah, 20 Juni 1940. Kumpulan cerpennya, Adam Marifat, memenangkan Hadiah Sastra 1982 Dewan Kesenian Jakarta dan Hadiah Buku Utama 1982. (CAS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar