jam

Rabu, 27 Mei 2009

Contextual Teaching and Learning

BAB I
Contextual Teaching And Learning

Mengapa Menggunakan CTL ?
CTL: Berakar pada Sebuah Pandangan Baru
Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning) adalah sebuah topik hangat dalam dunia pendidikan saat ini. Anehnya, sejauh ini tidak ada panduan menyeluruh mengenai CTL yang menjelaskan tepat apa CTL dan mengapa metode itu berhasil. Penting sekali bagi para pendukung dan praktisi CTL untuk menetapkan definisi CTL yang diterima secara universal, menyetujui ciri khasnya, asalnya, dan keberhasilan nya. Jika dipahami dan dilaksanakan secara tepat, CTL memiliki potensi untuk menjadi lebih dari sekadar noktah pada layar praktik di ruang kelas. CTL menawarkan jalan menuju keunggulan akademis yang dapat diikuti oleh semua siswa. Hal itu bisa terjadi karena CTL sesuai dengan cara kerja otak dan prinsip-prinsip yang menyokong sistem kehidupan. Penemuan-penemuan terbaru dalam ilmu pengetahuan modern tentang otak, dan prinsip-prinsip dasar tertentu yang menyokong semua sistem kehidupan dan keseluruhan alam semesta, menjadi dasar bagi pembelajaran dan pengajaran kontekstual.

Penting bagi kita untuk melihat bagaimana cara pandang baru, yang muncul dari ilmu pengetahuan, mengubah sikap kita tentang pendidikan. Pendidikan tradisional menekankan penguasaan dan manipulasi isi. Para siswa mengafalkan fakta, angka, nama, tanggal, tempat, dan kejadian; mempelajari mata pelajaran secara terpisah satu sama lain; dan berlatih dengan cara yang sama untuk memperoleh kemampuan dasar menulis dan berhitung. Kita beranggapan bahwa jika siswa berkonsentrasi hanya untuk menguasai isi, mereka pasti memperoleh informasi mendasar tentang subjek yang mereka pelajari. Anggapan ini dapat dimengerti jika kita mempertimbangkan pandangan yang kita warisi dari ilmu pengetahuan abad ke-18 yang mendominasi pemikiran Barat sampai saat ini. Menurut pandangan ala Newton tersebut, tugas kita adalah memandang keseluruhan sebagai tidak lebih dari jumlah bagian-bagiannya yang terpisah dan berdiri sendiri. Ilmu biologi dan fisika modern telah mengubah cara pandang tersebut. Penemuan ilmiah terbaru saat ini memberi tahu kita bahwa justru hubungan antara bagian-bagian tersebutlah-yaitu konteksnya-yang memberikan makna.

Ahli fisika teoritis dan kosmolog matematikal, Brian Swimme, beserta rekannya, Thomas Berry, menekankan pola hubungan ini dengan mengatakan, ” Ada berarti berhubungan karena hubungan adalah inti dari keberadaan. Setiap partikel di alam semesta terhubung dengan partikel lain di dalam semesta .... Keterasingan sebuah partikel adalah kemustahilan teoritis. Demikian juga dengan galaksi-galaksi, hubungan adalah fakta keberadaan. Setiap galaksi secara langsung terhubung dengan ratusan miliar galaksi alam semesta .... Tidak satu benda pun berdiri sendiri tanpa adanya yang lain ” (Swimme & Berry, 1992, h. 77).
Tidak ada kemandirian di alam. Alam adalah kesaling bergantungan; alam terbentuk dari banyak sekali pola hubungan. Jadi, kata konteks dipahami sebagai pola hubungan-hubungan di dalam lingkungan langsung seseorang.

Dipengaruhi oleh pandangan ilmiah baru abad-20 yang beranggapan bahwa kenyataan ada dalam hubungan-hubungan, yang melihat bahwa suatu kesatuan melebihi jumlah dari bagian-bagiannya, para pendidik sekarang merasa perlu berpikir ulang tentang cara kita mengajar.

Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa melihat makna di dalam tugas sekolah. Ketika para siswa menyusun proyek atau menemukan permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik kesimpulan, ketika mereka secara aktif memilih, menyusun, mengatur, menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan, dan membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam situasi kehidupan, dan dengan cara ini mereka menemukan makna.
Penemuan makna adalah ciri utama dari CTL. Di dalam kamus, ”makna” diartikan sebagai ” arti penting dari sesuatu atau maksud ” (sesuai dengan terjemahan dari Webster’s New World Dictionary, 1968). Ketika diminta untuk mempelajari sesuatu yang tak bermakna, para siswa biasanya bertanya, ” Mengapa kami harus mempelajari ini? ” Wajar sekali jika mereka mencari makna, arti penting dan maksud, serta manfaat dari tugas sekolah yang mereka terima.

Ilmu saraf memastikan adanya kebutuhan otak untuk menemukan makna. Otak berusaha memberi arti bagi suatu informasi baru dengan cara menghubungkannya dengan pengetahuan dan keterampilan yang sudah ada. Ketika kita diminta melakukan sesuatu yang belum pernah kita lakukan sebelumnya, saat itu juga kita mencoba mengingat kembali apakah kita pernah mengalami sesuatu yang serupa.
Karena otak terus menerus mencari makna dan menyimpan hal-hal yang bermakna, proses mengajar harus melibatkan para siswa dalam pencarian makna. Proses mengajar harus memungkinkan para siswa memahami arti pelajaran yang mereka pelajari. Seperti yang dikatakan filsuf terkenal, Alfred North Whitehed, ” Si anak harus menjadikannya (ide-ide tersebut) milik mereka, dan harus mengerti penerapannya dalam situasi kehidupan nyata mereka pada saat yang sama ” (Whitehead, 1929a/1967, h. 2).
Pembelajaran dan pengajaran kontekstual meminta para siswa melakukan hal itu. Karena CTL mengajak para siswa membuat hubungan-hubungan yang mengungkapkan makna, CTL memiliki potensi untuk membuat para siswa berminat belajar, dan seperti yang dikatakan Whitehead, ” Tidak akan ada perkembangan mental tanpa adanya minat. Minat adalah dasar dari perhatian dan pemahaman ” (Whitehead, 1929b/1967, h. 31).

Keterbatasan Pendidikan Tradisional
Pendidikan tradisional tidak berhasil untuk para siswa karena berbagai alasan. Alasan-alasan ini bermula dari pandangan yang populer pada abad ke-18 dan bahkan sampai sekarang masih memengaruhi pengukuran umum. Pandangan abad ke-18 dan bahkan sampai sekarang masih memengaruhi pemikiran umum. Pandangan abad-18 itu melihat bahwa kenyataan terdiri dari objek-objek yang bebas. Pandangan baru yang dikembangkan oleh ilmu pengetahuan modern melihat kenyataan sebaliknya, yaitu kenyataan timbul dari kesaling-terhubungan antar objek. Dari hubungan-hubungan tersebut terciptalah kenyataan. Bisa dikatakan, hubungan-hubungan adalah kenyataan. Bisa dikatakan, hubungan-hubungan dalam pengalaman manusia (Capra, 1996; Johnson & Broms, 2000; Zukav, 1979).

Tanpa menyadari pandangan modern in, para ekonom pada 1950-an mengajukan teori ”ekonomi skala (economy of scale)”, yang besar akan ”lebih hemat”. Sekolah-sekolah menengah dan tingkat atas saat ini yang mirip pabrik ini telah membuktikan dampak merusak dari organisasi-organisasi besar impersonal terhadap jiwa manusia, yaitu justru mengisolasi orang, bukan menghubungkan mereka. Sekolah-sekolah impersonal membuat para siswa merasa gamang, diabaikan, diasingkan, dan bingung. Hanya anak-anak yang memiliki kemampuan sosial tinggi yang mampu bertahan dalam suasana dingin sekolah-sekolah besar di mana dibutuhkan usaha keras untuk membangun hubungan yang berarti dengan guru dan teman. Bagi kebanyakan siswa, sekolah menengah adalah tempat yang mematikan semangat dan ingin sekali mereka tinggalkan.
Siswa keluar dari sekolah bukan hanya karena mereka merasa diabaikan dan kesepian, melainkan juga karena sekolah mengecap mereka ”lambat” dan menyisihkan mereka-”mereka dijerumuskan”-ke kelas-kelas yang tanpa tujuan. Seorang mahasiswa perguruan tinggi umum menuliskan pengalamannya dijuruskan di sekolah tingkat atas: ” Saya dimasukkan ke kelas yang lebih rendah. Beberapa guru saya membuat kami merasa bahwa kami berada di sana hanya supaya lulus, bukan untuk belajar sesuatu. Bahkan guru bahasaku pada tahun terakhir mengatakan bahwa kelasnya itu hanyalah untuk siswa-siswa yang tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi, dan ini sangat tidak membantu sikapku terhadap bahasa Inggris. Namun lihat, saya sekarang mengambil kelas menulis di perguruan tinggi ” (Anon., n.d.).
Walaupun siswa ini bertahan, kebanyakan remaja menerima saja cap sekolah terhadap mereka sebagai orang yang tidak cakap atau tidak mampu. Mereka kehilangan harapan dan menyerah. Akibat penjurusan ini, para siswa kwhilangan sasaran akademis mereka yang penting, dan kehilangan kesempatan menemukan minat dan bakat mereka.
Situasi lain juga tidak membantu. Biasanya para pengajar terlalu sibuk mengajar kelas-kelas sepanjang hari hingga mereka tidak memiliki waktu untuk mengenal, atau bahkan berbicara kepada setiap mahasiswa. Tambahan lagi, karena di dalam sistem tradisional kelas-kelas biasanya hanya berlangsung selama 47 sampai 50 menit, mereka tidak memberi waktu bagi mahasiswa untuk bertanya, berdiskusi, mencari tahu, berpikir kritis, atau terlibat dalam proyek kerja nyata dan pemecahan masalah. Waktu mahasiswa hanya dihabiskan untuk mengisi buku tugas, mendengarkan pengajar, dan menyelesaikan latihan-latihan yang membosankan. Alih-alih mengikuti ujian yang bisa mengungkapkan pemahaman mahasiswa, mereka hanya mengikuti ujian-ujian yang mengukur kemampuan mahasiswa menghafalkan fakta.
Asal Mula CTL : Sebuah Gerakan Akar Rumput
Jika dipahami dan dilaksanakan dengan benar,CTL memiliki kemampuan untuk memperbaiki beberap kekurangan yang paling serius dalam pendidikan tradisional.kekurangan-kekurangan ini telah digambarkan dalam berbgai laporan pemerintah selama lebih dari 15 tahun.Desakan yang juat untuk reformasi yang disuarakan pada 1983 dalm sebuah makalah, A Nation at Riek:The Lmperstive for educational Reform (Negara dalam bahaya :perlunya dilakukan reformasi pendidikan),lantas diikuti oleh pertemuan tingkat tinggi mengenai pendidikan pada 1989 di Charlottesville,virginia, yang dihadiri oleh para gubernur negara bagian dan Presiden Amerika Serikat.mereka yyang menghadiri pertemuan tersebut menginginkan sasaran-sasadan nasional harus telah dicapai pada tahun 2000.sasaran yang harus telah dicapai pada tahun 2000 itu,antara lain:
 Semua anak di Amerika Serikat akan memulai sekolah dalam keadaansiap belajar.
 Tingkat kelulusan sekolah menengah atas akan meningkat hingga setidaknya 90%
 Siswa-siswa Amerika akan lulus dari kelas 4,8,dan 12 setelah menunjukan prestasi menonjol dalam pelajaran-pelajaran yang menantang termasuk bahasa inggris,matematika,ilmu pengetahuan,sejarah dan geografi ; dan setiap sekolah di Amerika akan menjamin seua siswa belajar menggunakan pikirannya dengan baik untuk mempersiapkan diri menjadi warga negara yang bertanggung jawab,untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya,dan agar bisa menjadi pekeraja produktif di dalam ekonomi modern.
 Siswa Amerika akan menjadi yang terunggul di dunia dalam prestasi ilmu pengeyahuan dan matematika.
 Semua orang dewasa Amerika akan bisa baca tulis dan akan memiliki pemgetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk bersaing di dalam ekonomi global dan menjalankan hak serta tanggung jawab kewarganegaraan.
 Semua sekolah di Amerika akan bebas narkoba dan bebas kekerasan,serta akan memberikan lingkungan penuh disiplin yang kondusif untuk belajar.
Pada 1990-an, commission on the skils of the american workforce mendesak pencapaian keunggulan yang dituangkan dalam America‘s choice: high skils or law wage (pilihan America : keterampilan tinggi atau gaji rendah) antara 1991 dan 1993, secretary of labors’commission on achieving necessary skills (SCANS) mengeluarkan 4 laporan yang berpengaruh, salah satunya adalah learning a living : a blueprint for high performance. Laporan ini menganjurkan diselenggarakannya reformasi yang langsung disambut oleh para pendidik.
Sebagai tambahan bagi laporan-laporan pemerintah itu, beberapa buku diterbitkan untuk mendesak para pendidik menggantikan metode yang sudah biasa mereka terapkan dengan tujuan dan strategi yang baru. Diantara yang paling berpengaruh adalah buku karya Theodore B. Sizer berjudul Horace’s Compromise : The Dilemma of American High School (1984) ; Dale Parnell, The Neglected Majority (1985); Dan Hull dan Dale Parnell (editor), Tech Prep/Associate Degree: A Win/Win experience (1991); dan Dan Hull, Opening Minds, Opening Doors: The Rebirth of American Education (1993). Tema yang dominant dikumandangkan di dalam buku-buku dan laporan-laporan tersebut, suatu tema yang harus menjadi perhatian masyarakat demokratis, yaitu bahwa semua siswa-tidak hanya mereka yang mengikuti kuliah 4 tahun di perguruan tinggi-layak mendapatkan pendidikan yang berkualitas
Gerakan Tech Prep menegaskan bahwa semua siswa, bukan hanya yang mengikuti 4 tahun pendidikan di perguruan tinggi, harus bisa-tidak hanya mempelajari materi-materi akademis yang maju tetapi juga mencapai standard akademis yang tinggi.
Tujuan program tersebut agar siswa sekolah menengah atas mencapai standard akademik yang tinggi. Setiap siswa berhak untuk mempelajari tidak hanya keterampilan, tetapi juga materi akademis.
Kata ”konteks” dalam imbauan SCANS di atas menghasilkan terminologi pembelajaran kontekstual. Kata kontekstual kemudian secara alami menggantikan kata ”terapan” karena ”terapan” terlalu sempit untuk mencakup inovasi mengejutkan yang dicapai oleh gerakan reformasi akar rumput ini kontekstual yang lebih menyeluruh-di dalam konteks-menyatakan kesaling-terhubungan. Segala sesuatu terhubung, termasuk gagasan-gagasan dan tindakan.kontekstual juga mengarahkan pemikiran kita pada pengalaman. Ketika gagasan dialami, digunakan di dalam konteks, mereka memiliki makna desakan SCANS agar dunia pendidikan menggunakan CTL yang selalu digaungkan bersama komunitas politeknik, mulai diterima oleh mereka yang mengajarkan materi akademk. Secara naluriah para pendidik tahu bahwa adalah wajar mengajarkan peljaran-pelajaran abstrak seperti matematika dan kimia dengan memberi mereka tugas-tugas praktik dan yang ada di alam nyata. Para siswa yang mengikuti program, misalnya otomotif dan teknik mesin, selalu bisa menguasai keterampilan-keterampilan teknis melalui pembelajaran praktik langsung. Sekarang, pesan-pesan SCANS dan Tech Prep mendesak agar keterampilan-keterampilan akademis juga diajarkan cara yang sama. Untuk mencoba CTL dan gagasan-gagasan Tech Prep, para instruktur kejuruan teknik dan akademis bergabung untuk memadukan mata pelajaran politeknik dan akademik. Akhirnya, para guru ilmu pengetahuan alam bahasa inggris dan matematika merevisi ajaran-ajaran mereka untuk menghubungkannya dan bakat para siswa politeknik.
Tidak lama kemudian, sekolah-sekolah mulai menerapkan pengajaran dalam konteks. Jurusan yang mengarah ke bidang akademik dan bidang pekerjaan mulai muncul di sekolah-sekolah kecil maupun besar di seluruh negeri. Penjadwalan mulai diatur untuk memberikan para siswa waktu ”Learning by Doing” dan menerapkan pelajaran-pelajaran ke dalam kehidupan sehari-hari. Kelas-kelas interdisipliner dan terpadu membntu para siswa untuk menghubungkan pelajaran-pelajaran yang sepertinya terpisah. Dibandingkan dengan masa lalu, sekarang para pelaku bisnis, industri dan organisasi-organisasi nirlaba lebih sering memulai bekerjasama dengan sekolah-sekolah.
Kemitraan yang memungkinkan para siswa menerapkan pelajaran akademis ke dalam tempat kerja; pelajaran-pelajaran yang mengaitkan tugas sekolah dengan pengalaman sehari-hari; restrukturisasi : Learning by doing-semua kegiatan ini menunjukan kekuatan dari pesan pokok CTL. Pesan pokok itu adalah bahwa ”Learning by Doing” menyebabkan kita membuat keterkaitan-keterkaitan yang menghasilkan makna, dan ketika kita melihat makna, kita menyerap dan menguasai pengetahuan dan keterampilan.
CTL: Sebuah Sistem yang Cocok dengan Otak
Otak orang dewasa yang sehat berbobot sekitar 1.5 kg, memiliki kekentalan seperti bubur sumsum yang padat, berukuran 2 kepalan tangan yang ditempelkan pada tulang-tulang jarinya dan cukup kecil untuk dapat dipegang diatas satu telapak tangan. Walaupun saraf-saraf didalam otak orang dewasa yang sehat terus membuat sambungan-sambungan sampai saat kematian, otak tersebut membuat sambungan dengan kecepatan yang lebih rendah dibandingkan dengan yang dilakukan saraf pada otak anak kecil. Otak seorang anak membuat sambungan-sambungan saraf dengan kecepatan yang luar biasa. Kapasitas yang luar biasa pada otak anak-anak dalam membuat sambungan yang sangat banyak berarti bahwa belajar seharusnya adalah urusan pada masa anak-anak dan bahwa sekolah-sekolah harus menyediakan lingkungan belajar yang kaya bagi anak-anak, yang membantu otak mereka menjadi kuat dan cepat. Sebuah sel saraf hanya memiliki sebuah akson. Akson yang berbentuk serat panjang kuat yang memanjang dari badan sel dan membawa sinyal elektrokimia keluar menuju dendrit sel yang lain bertugas menghubungkan bagian otak. Penelitian mengenai otak memberitahu kita bahwa pengaruh lingkungan lebih besar dari yang kita bayangkan. Otak seorang anak yang menghabiskan banyak waktu untuk menonton televisi sangat berbeda strukturnya dengan otak anak yang sering berbicara dengan orang dewasa. Wilayah-wilayah otak yang berbeda juga mempengaruhi bahasa. Saraf mendengar, berbicara, menggapai, menulis, yang letaknya terpisah, bekerjasama untuk memungkinkan terjadinya komunikasi bahasa.
Kenyataan-kenyataan ini telah memberikan pengaruh yang besar terhadap pengajaran. Ketika para guru merancang pelajaran yang menarik perhatian ke5 panca indera. Setiap indera tersebut dapat membawapelajaran tersebut ke wilayah otak tersebut yang sesuai. Strategi mengajar ini meningkatkan kemungkinan para siswa dapat menerima pelajaran tersebut. Kegiatan-kegiatan penting seperti mempersiapkan tugas, memecahkan permasalahan nyata, melakukan wawancara, membuat grafik, dan merancang pfresentasi multimedia akan menempatkan para siswa di dalam lingkungan belajar yang kaya, yang memiliki potensi untuk menarik perhatian semua panca indera, serta cocok untuk beragam gaya beljar dan membangkitkan banyak minat. Supaya informasi dapat disimpan,informasi tersebut harus berjalan dari memori jangka pendek aktif menuju memori jangka panjang. Memori (jangka penjek menentukan apakah akan membuang sampah 90% dari informasi yang diterimanya selang 24 jam terakhir atau meneruskan pengetahuan itu ke memori jangka panjang. Tugas para guru adalah membantu para siswa mengirimkan informasi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Pengiriman seperti itu dapat terjadi jika otak mengerti apa yang dipelajarinya. Hal itu pasti akan terjadi,seperti yang kita liat sebelumnya, jika otak menemukan makna didalam hal yang dipelajarinya.
Mengerti informasi mungkin cukup untuk menempatkannya didalam jangka panjang. Namun, kita dapat mengerti alur dari sebuah novel misteri dan kemudian melupakannya setelh kita selesai membaca buku tersebut. Kita melupakan alurnya karena itu tidak penting buat kita, namun jika otak menyusun suatu pola yang menyatakan bahwa alur tersebut penting, kita pasti kan mengingatnya.

BAB 2
MENGAPA CTL BERHASIL: SEBUAH DEFINISI

Sistem CTL berhasil karena system ini meminta siswa bertindak dengan cara yang alami.cara itu sesuai dengan fungsi otak,psikologi dasar manusia,dan prinsip alam semesta yang ditemukan para fisikawan dan ahli biologi modern.prinsip-prinsip tersebut adalah kesalingtergantungan,diferensiasi,dan pengaturan diri sendiri.

DEFINISI CTL
CTL adalah sebuah sistem yang menyeluruh.CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung.jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain,maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah.seperti halnya biola,cello,clarinet,dan alat musik lain didalam sebuah orkestra yang menghasilkan bunyi yang berbeda-beda yang secara bersama-sama menghasilkan musik,demikian juga bagian-bagian CTL yang terpisah malibatkan proses-proses yang berbeda,yang ketika digunakan secara bersama-sama,memampukan para siswa memebuat hubungan yang menghasilkan makna .setiap bagian CTL yang berbeda-beda ini memberikan sumbangan dalam menolong siswa memahami tugas sekolah.secara bersama-sama,mereka membentuk suatu system yang memungkinkan para siswa melihat makna di dalamnya,dan mengingat materi akademik.

Sistem CTL: Delapan Komponen
1. membuat keterkaitan-keterkaitan yang berrmakna
2. melakukan pekerjaan yang berarti
3. melakukan pembelajaran yang dilakukan sendiri
4. bekerja sama
5. berpikir kritis dan kreatif
6. membantu individu untuk tumbuh dan berkembang
7. mencapai standar yang tinggi
8. menggunakan penilaian yang otentik
pembelajaran dan pengajaran kontekstual memberikan dua pertanyaan penting bagi para siswa: “ konteks-konteks apakah yang tepat untuk dicari oleh manusia?” dan “langkah –langkah kreatif apakah yang harus saya ambil untuk membentuk dan memberi makna pada kontekd?”

Tantangan dari kesaling bergantungan,diferensiasi,dan pengaturan diri bagi para pendidik
Para pendidik yang menyetujui pandangan ilmu pengetahuan bahwwa alam semesta itu hidup,tidak diam,dan bahwa alam semesta ditopang oleh tiga prinsip kesaling bergantungan,diferensiasi,dan organisasi diri,harus memeluk pandangan dan cara berpikir baru mengenai pembelajaran dan pengajaran.jika alam semesta maemang bekerja seperti yang dikatakan para ilmuan, tentunya para guru harus bertanya ketika dia memasuki ruangan kelas:”haruskah saya mengajar siswa saya dengan cara yang mencerminkan prinsip-prinsip universal itu?”adalah mungkin untuk melakukannya,seperti telah kita lihat,dengan menggunakan system CTL.
 CTL mencerminkan prinsipkessaling-bergantungan.kesaling tergantungan mewujudkan diri,misalnya ketika para siswa bergvabung untuk memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekannya.hal ini tampak jelad ketika subjek yang berbeda dihubungkan,dan ketika kemitraan menggabungkan sekolah dengan dunia bisnis dan komunitas.
 CTL mencerminkan prinsip diferensiasi.diferensiasi menjadi nyata ketika CTL menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan masing-masing,untuk menghormati perbedaan-perbedaan,untuk menjadi kreatif,untuk bekerja sama,untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda,dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan.
 Mencerminkan prinsip pengorganisasian diri terlihat ketika para siswa mencari dan minat mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan balik yang diberikan oleh penilaian autentik, mengulas usaha-usaha mereka dalam tuntunan tujuan yang jelas dan standar yang tinngi, dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa yang membuat hati mereka bernyanyi.

Ilmu fisika kuantum modern,kosmologi,dan biologi telah menemukan tiga prinsip yang memberikan pandangan baru pada kita.prinsip-prinsip tersebut adalah kesaling bergantungandiferensiasi,dan pengorganisasian diri,yang menunjukan bahwa alam semesta sama sekali tidak diam dan mati,tetapiu hidup dan dinamis.prinsip kesailng bergantungan membuat hubungan-hubungan menjadi mungkin.segala sesuatunya adalah bagian dari suatu jaringan hubungan.prinsip diferensiasi mewujudkan keunikan dan keberagaman yang tak terbatas.segala yang beragam itu menciptakan ragam baru melalui pembentukan hubungan-hubungan yang baru dialam semesta.prinsip pengorganisasian diri menganugerahi setiap entitas dengan kepribadiannya,kesadarannya tentang dirinya,dan potensi untuk melanggengkan dirinya dan menjadi dirinya.keterkaitan prinsip-prinsip ppengorganisasian diri,kesaling bergantungan,dan diferensiasi menjaga ketenangan,keseimbangan,dan keberadaan system kehidupan alam semesta.
Karena organisasi manusia sendiri adalah system yang hidup,mereka juga memperoleh keuntungan jika mereka bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip alam.sayangnya, organisasi yang dibangun oleh manusia cenderung mengedepankan isolasi,bukan hubungan,cenderung memaksakan keseragaman,bukan keunikan,dan cenderung menghargai kesamaan,bukan keragaman.para pemimpin kebanyakan sekarang diarahkan untuk menghasilkan keuntungan tak terbatas.usaha kearah itu menghancurkan mereka.pencarian itu juga melahap kehidupan pegawainya yang bekerja sendirian.mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan yang telah ditemuka n di pabrik-pabrik kaca dan baja yang bersifat impersonal,dimana orang tidak didorong untuk merenungkan sesuatu ataupun untuk bercakap-cakap.banyak politisi dan pemimpin bisnis yangberpendapt bahwa dunia bisnis menawarkan sebuah model pendidikan yang baik,mendukung sekolah-sekolah otoriter yang tidak alami,luas,dan tidak bersifat pribadi,daripada sekolah-sekolah yang sesuai dengan proses alam.namun,kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh sekolah tradisional tidak akan terhapus dengan cara mengubah sekolah-sekolah menjadi pabrik.seperti yang diserukan oleh para pendidik dengan sepenuh tenaga dan hati,progran-program,kebijakan,dan metode mengajar semuanya harus dipilirkan ulang dan diubah.mereka yang percaya kepada tiga prinsip universal yang ditemukan oleh para ahli fisika dan ahli biologi,dan mereka yang menerima penemuan-penemuan ilmu saraf dan psikologi akan mendapati bahwa system CTL sangat membantu.CTL membantu para siswa menemukan makna dalam pelajaran mereka dengan cara menghubungkan materi akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka.mereka membuat hubungan-hubungan penting yang menghasilkan makna dengan melaksanakan pembelajaran yang diatur sendiri,bekerja sama,berpikir kritis, dan kreatif,menghargai orang lain,mencapai standar tinggi,dan berperan serta dalam tugas-tugas penilaian autentik.dengan didasari secara kuat oleh ilmu pengetahuan,psikologi,dan penelitian mengenai otak,komponen-komponen system CTL menawarkan kemungkinan-kemungkinan baru yang menggairahkan bagi para guru yang inovatif.

BAB 3
CTL dan TAG: Sistem yang cocok untuk semua orang

Table dibawah ini menunjukan bahwa unsue-unsue CTL sebenarnya sam dengan unsureyang digunakan selama bertahun-tahun dalam program untuk anak berbakat atau (TAG).kita seharusnya tidak perlu terkejut bahwa CTLdan TAG,walaupun terpisah,sama-sama telah membuka jalur menuju keunggulan akademik.jalur yang tepat untuk anak yang sangat berbakat adalah jalur yang tepat untuk semua anak.dengan menerapkan komponen-komponen yang da di bab ini secara bersama-sama,semua anak akan terbantu untuk mencapai standar pendidkan yanag tinggi.
Tampak jelas sekali bahwa praktik menghubungkan muatan akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari memperoleh kekuatan dari hubungannya dengan bagian-badian lain dari sistem CTL.bagaimanapun membangun hubungan itu sendiri sangat penting untuk menemukan makna.kekuatan dari strategi tunggal ini sebagian timbul dari kesesuaiannya denga fungsi otak dan tiga prinsip utama yang meliputi semua system kehidupan,termasuk manusia dan organisasinya.

Tabel siswa CTL dan TAG

CTL didesain untuk membantu semua anak belajar materi akademik yang sangat berat.komponen dari system ini sebenarnya sama dengan komponen yang dikembangkan satu dekase yang lalu untuk mengajar anak-anak dalam program anak berbakat.menarik sekali bahwa Ellen Winner seorang ahli dalam mendidik anak-anak berbakat,merekomendasikan agar menggunakan strategi mengajar yang terbukti telah berhasil baik untuk anak berbakat di semua tingkat kelas.seperti yang ditunjukan pada kolom berikut,penggunaan strategi TAG mirip dengan penggunaan komponen CTL.bahkan,strategi yang digunakan dalam TAG adalah terjemahan yang sempurna dari komponen CTL.kesamaan yang sangat mencolok tersebut menunjukan bahwa cara mengajar yang baik akan bisa berlaku untuk semua anak,dan cara itu mencakup semua strategi dibawah ini.

KOMPONEN CTL
Para siswa akan
STRATEGI TAG
Para siswa akan
Menjadi siswa yang dapat mengtur diri sendiri dan aktif sehingga dapat mengembangkan minat individu,mampu bekerja sendiri atau dalm kelompok.
Belajar lewat praktik. Menjadi pelajar yang dapat mengatur diri sendiri yang bekerjamencapai tujuan yang menarik minat mereka.memperoleh keterampilan akdemik melalui kegiatan langsung.
Membangun keterkaitan antara sekolah dan konteks kehidupan nyata seperti bisnis dan lembaga masyarakat. Mengjak belajar diluar ruang kelas.memanfaatkan sumber daya masyarakat untuk mempelajari materi akademik.bagai contoh,KKN,aktivitas budaya,ekspedisi petualangan.
Melakukan pekerjaan yang berarti; pekerjaan yang memiliki tujuan,berguna untuk orang lain,yang melibatkan proses menentukan pilihan,dan menghasilkan produk,nyata atau tidak nyata. Mempelajari persoalan-persoalan controversial,menyelidiki masalah –masalah yang berarti,menyelesaikan proyek kemasyarakatan.

Menggunakan pemikiran tingkat tinggi yang kreatif dan kritis;menganalsis,melakukan sintesis,memecahkan masalah,membuat keputuan,menggunakan ligika dan bukti. berpikir kreatif:menciptakan perbaikan pada produk yang sudah ada,mengembangkan produk baru,melontarkan pertanyaan bagus,mengambil resiko,bersikap fleksibel,dan berpikiran terbuka.
Berpikr kritis: mengisentifikasi asumsi-asumsi,menyelesaikan masalah,berpikir secara sistematis.
Bekerja sama;membantu siswa bekerja dengan efktif dalam kelompok;membantu mereka memahami bahwa apa yang mereka lakukan mempengaruhi orang lain;membantu mereka berkomunikasa dengan orang lain. Dengan teman sebaya,dan dengan orang dewasa.belajar berkomunikasi yang baik dengan orang lain.
Mengenali dan mencapai standar tinggi:mengidentifikasi tujuan yang jelas dan memotivasi siswa untuk mencapainya.menunjukkan kepada merek cara untuk mencapai keberhasilan. Mendorong anak muda untuk mencapai yang terbaik dalam mengembangkan bakat dan minat.memotivasi mereka untuk bekerja kera,tahan banting,penuh konsentrasi,dan mampu mendorong mereka sendiri.

Kita hidup harmonis dengan alam saat kita bertanya,”apa kaitan aljabar dengan membangun sebuah rumah untuk fakir miskin?

Untuk membantu otak anak-anak menjadi lebih kuat,kita butuh mengajak otak tersebut untuk membangun berbagai kaitan sehingga otak tersebut dapat menyusun pola yang menghasilkan makna.

Cara Mengaitkan Pengajaran dan Pembelajaran, Disertai contoh-contoh

Banyak cara efektif untuk mengaitkan pengajaran dan pembelajaran dengan konteks situasi sehari-hari siswa.oleh sebab itu,diskusi dibawah ini perlu menyoroti metode yang paling efektif untuk menyatukan isi akademik dan konteks pengalaman pribadi siswa.ada enam metode disini:
1. ruang kelas tradisional yang mengaitkan materi dengan konteks siswa.
2. memasukkan materi dari bidang lain dalam kelas.
3. mata pelajaran yang tetap terpisah,tetapi mencakup topik-topik yang saling berhubungan.
4. mata pelajaran gabungan yang menyatukan dua atau lebih disiplin.
5. mengabungkan sekolah dengan pekerjaan:
I. pembelajaran berbasis pekerjaan
II. jalur karier
III. pengalaman kerja berbasis sekolah
6. model kulish kerja nyata atau penerapan trhadap hal-hal yang dipelajari sekolah ke masyarakat.
Bisa dikatakan bahwa pengaitan yang paling ampuh adalah pengitan yang mengundang siswa untuk membuat pilihan,meneima tanggung jawab,dan memberkan hasil yang penting bagi orang lain.
1.Ruang Kelas Tradisional
Guru adalah pemimpin druang kelas.sebagai pemimpin,guru disebuah ruang kelas tradisional dapat menghubungkan informasi bru dengan kehidupan siswa melalui banyak siswa yang penuh dengan makna.tanpa mengetahui ilmu pengetahuan atau ilmu mengenai saraf yang mendukung praktik semacam ini,guru-guru yang berdedikasi ini selalu mengisi mata pelajaran mereka dengan makna,dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan.kegiatan menghasilkan sebagai komponen CTL sudah teruji oleh waktu.mendiang DR.Elizabeth Marie Pope,guru bahasa di Mills College,di Oakland,California,memberikan contoh yang sempurna tentang pengaitan isi pendidikan dengan konteks dari pengalaman siswa di ruang kelas tradisional.DR.Pope berhasil menghubungkan kesusastrahan dengan kehidupan mahasiswa.dia menunjukkan kepada para mahasiswanya bahwa sastrawan –sastrawan besar,seperti shakespeare dan milton,mengajak mereka untuk berpikir dengan hati-hati tentang bagaimana mereka menilai orang lain,membuat keputusan melawan tekanan dari teman sebaya menghadapi penghinaan mempergunakan kekuatan, melatih kasih sayang, dan mempertahankan integritas. Dia menunjukkan kepada mahasiswanya bahwa drama dan puisi Shakespeare dan Milton menghubungkan masa sekarang, saat kuliah diberikan, dengan duania modern.
Untuk menjadi seorang ahli yang mampu membagi pengetahuan mereka, mereka menghabiskan berjam-jam untuk membaca dengan cermat, kritis, dan kreatif. Mereka mencari untuk memutuskan dibagian cerita mana topik mereka muncul dan mereka juga harus mencari bagaimana pandangan pengarang mengenai tema, penggambaran, atau kiasan klasik yang menjadi tanggung jawab mereka. Mereka juga harus menjelaskan bagaimana topik mereka berhubungan dengan masa sekarang. Jika seorang mahasiswa terlihat tidak pasti selama dikelas, mahasiswa yang lain ramai-ramai membantu. Tujuannya adalah untuk belajar dan mendorong kerja sama. Kelas menjadi lingkungan yag saling mendidik.
Seperti yang ditunjukkan dari contoh-contoh Elizabeth Pope diatas, guru-guru berbakat menghubungkan isi dengan konteks dengan cara yang tak terhitung, bergantung pada tujuan belajar mereka dan siswa mereka. Beberapa pendekatan yang terkenal antara lain adalah mengundang tam pembicara yang ahli; meminta pemimpin perusahaan untuk menjelaskan kepada kelas bagaimana perusahaan mereka menggunakan keterampilan berupa menulis, berbicara dan mendengarkan; memberikan waktu kepada siswa untuk mengajar dengan menceritakan pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri; mengolah masalah-masalah matematika; bahasa inggris, ilmu pengetahuan yang diambil dari bisnis lokal; mengajar materi yang sama dengan cara yang dapat diterima oleh ragam kecerdasan dan gaya belajar yang berbeda; dan melakukan simulasi. Guru juga membantu murid-murid berkembang dengan menyibukkan mereka dalam tugas-tugas yang mendorong mereka yang berhubungan dengan masyarakat. Contoh-contoh berikut menunjukkan beraneka macam cara yang dilakukan oleh guru-guru dikelas untuk menghubugkan mata pelajaran akademik dengan konteks siswa itu sendiri. Mereka menunjukan pengaitan-pengaitan yang dilakukan dalam CTL cocok diterapkan mulai dari sekolah dasar hingga universitas.
Contoh-contoh pengaitan dalam CTL dikelas:
seorang guru ilmu pengetahuan di sekolah menengah, meminta tim yang terdiri dari dua siswa secara bergiliran untuk menentukan pembicara tamu mana yang bersedia menjelaskan topik yang sedang mereka pelajari. Siswa ang mendapatkan giliran untuk mencari pembicara tamu harus menelepon pembicara tersebut, menentukan tanggalnya, menyambut pembicara tersebut dipintu sekolah pada hari H, dan menulis ucapan terima kasih sesudah acara selesai.
Para siswa kelas sembilan memilih satu episode dari Odyssey yang mereka senangi dan menuliskannya kembali dalam bentuk sandiwara boneka untuk anak-anak sekolah dasar. Mereka membuat dan mendesain boneka-boneka dan mempertunjukkan sandiwara boneka mereka didepan siswa.
Disebuah kelas sejarah dunia yang diajar oleh Laura Snow, di Pensacola, Florida, para siswa memilih salah satu kota dan mereka harus menbuat sebuah brosur perjalanan untuk kota tersebut. Mereka harus bahwa brosur perjalana tersebut dipublikasikan pada tahun 1600 oleh Kadin dikota tersebut. Kota-kota yang bisa mereka pilih, misalnya Paris, Berlin, Leipzig, Moscow, Seville, dan Mian. Brosur yang mereka buat menggambarkan dan memperlihatkan berbagaimacam atraksi yang mungkin menarik bagi turis pada tahun 1600. brosur tersebut harus meliputi banyak hal. Penuh warna, dan berdasarkan fakta sejarah.
Sebuah simulasi yang diadakan oleh sebuah sekolah menengah mengenai kejadian-kejadian yang memicu Perang Dunia I meminta para siswa untuk membentuk kelompok yang mewakili Serbia, Inggris, Austria-Hongaria, Jerman,Rusia dan Perancis. Setiap kelompok mengangkat seorang menteri luar negeri. Tugas mereka adalah bertemu dan berunding mencari upaya untuk menghindari perang yang akan terjadi. Para siswa mempelajari situasi dunia sebelum pecahnya perang, memeriksa tujuan dari setiap negara, dan mempelajari dampak sekutu atas dimulainya perang dunia I.
Tak sedikit guru yang mengatakan bahwa ketika mereka mengaitkan pelajaran dengan kehidupan siswa, semua siswa maju dengan pesat. Para siswa yang bandel dan acuh tak acuh menjadi lebih fokus belajar dan prestasi para siswa yang sudah baik meningkat.
Langkah-langkah ctl untuk membangun keterkaitan di kelas:
daftar berikut ini mengajak para guru untuk membuat kelas mereka menjadi suatu tempat penuh makna bagi para siswa dengan cara membangun keterkaitan:
1. pikirkan bagaimana para siswa mendapatkan informasi di kelas anda. Apakah anda menghabiskan sebagian besar waktu untuk memberi informasi, menjelaskan, memberitahu? Saat anda mengajar, apakah anda sering berhenti dan mengajak para siswa untuk mendiskusikan apa yang sudah anda jelaskan atau bertanya? Apakah pelajaran disampaikan dengan cara yang bervariasi agar mengena pada gaya belajar yang berbeda? Apakah anda mendorong para siswa mempergunakan seluruh anggota tubuh dalam proses belajar.
2. bertanyalah pada diri anda sendiri: ”Apa tujuan utama mata pelajaran ini?” atau ”Apa tujuan dari mata pelajaran kali ini? tujuan apa yang ingin saya capai dengan menggunakan pelajaran ini di kelas? ” tulislah hal-hal spesifik yang anda ingin siswa anda ketahui dan dapat dilaksanakan. Gunakanlah tanda kerja aktif.
3. uji isi mata pelajaran mengapa anda memberikan pelajaran tertentu? Apakah mata pelajaran anda memberi para siswa waktu untuk ikut serta secara aktif dalam proses belajar? Apakah mereka memiliki waktu untuk bertanya bekerja sama mengerjakan tugas, memecahkan masalah, dan menemukan hubungan antara ide-ide baru dan hal-hal yang sudah mereka ketahui? Beri mereka waktu untuk menemukan makna. Dorong mereka agar menyelidiki materi dengan lebih mendalam.
4. apakah pelajaran-pelajaran tersebut penting? Apakah pelajaran tersebut mengajak para siswa dalam memproduksi barang-barang nyata untuk orang lain? Apakah pelajaran tersebut mencerminkan kesadaran akan pengalaman masa lalu dan situasi rumah para siswa sendiri?
5. apakah anda menggunakan beberapa metode ”penilaian autentik” yang mensyaratkan para siswa agar giat belajar sekaligus mampu mempertunjukan keterampilan? Tugas-tugas auntentik adalah tugas-tugas autentik adalah tugas yang secara alami berhubungan langsung dengan sebuah mata pelajaran. Mereka meniru pekerjaan yang sesungguhnya dilakukan oleh para praktisi.
6. apakah para siswa mendapat kesempatan untuk menggunakan kepemikiran tingkat tinggi untuk berpikir kritis dan kreatif? Bagaimana cara anda mengajar para siswa seni dari pemikiran kritis? Bagaimana cara anda menanamkan pemikiran kreatif?
7. sudahkah anda mengajak para siswa untuk bekerja sama sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari bakat siswa lain? Apakah bekerja sama mengajarkan untuk saling menghormati dan kemungkinan untuk berbagi kesuksesan? Apakah dengan bekerja sama tersebut para siswa belajar untuk mendengarkan pendapat orang lain?
8. apakah para siswa yang mengambil kelas anda mendapat kesempatan untuk menggunakan fasilitas-fasilitas pendukung, mengumpulkan dan mengatur informasi, bekerja dengan teknologi, meneliti sistem?
9. apakah kelas anda menyediakan lingkungan yang aman, menjamin, dan ramah?
10. apakah anda sering bertatap muka dengan setiap siswa? Cara lain apa yang anda gunakan untuk memperlihatkan kepada para siswa bahwa anda benar-benar peduli kepada mereka dan bersedia membantu mereka?

2. penambahan atau penyisipan mata pelajaran yang berbeda
Praktik memasukan materi yang berhubungan dari mata pelajaran lain ke dalam satu mata pelajaran sudah sangat dikenal. Para pengajar mata pelajaran akademik sering mengajarkan sebuah topik dengan memperkenalkan dan disiplin ilmu lain. Sebagai contoh, guru sejarah mungkin memasukan sejarah seni dalam kelas mereka, dan guru seni dan bahasa mungkin memainkan komposisi musik yang liriknya berasal dari jaman tertentu. Para guru semakin sering memasukkan materi teknik profesional ke dalam kelas akademik yang mereka ajar, dan sebaliknya. Tentu saja materi dapat disisipkan dalam kelas dengan menggunakan banyak cara. Tugas membaca, topik-topik diskusi khusus, dan proyek langsung merupakan metode-metode yang terkenal untuk memasukkan materi kedalam satu pelajaran.
Bagaimana menciptakan mata pelajaran tambahan
1. pilihah bidang yang ingin anda masukkkan dalam mata pekajaran anda.
2. temui dan kumpulkan informasi dari instruktur di bidang tersebut. Anyakan mengenai tujjan belajar, tugas-tugas khusus dan tehnik-tehnik penilaian.
3. gunakan informasi ini untuk membuat daftar tujuan belajar-keterampilan dan kompetensi-yang diharapkan didapat oleh para siswa dari mata pelajaran tersebut. bandingkan dengan tujuan belajar anda sendiri.
4. masukkan materi yang dapat memenuhi tujuan belajar dari kedua mata pelajaran. Pemikiran kritis,keterampilan berkomunikasi, dan kerja tim,sebagai contoh, mungkin merupakan tujuan bersama dari mata pelajaran tekhnologi otomotif dan ilmu pengetahuan alam.
Ketika mata pelajara teknik profesiona disisipi tugas-tugas akdemik, para mahasiswa juga membuat pengaitan yang bertujuan untuk mencapai standar akademik yang tinggi. Para siswa sekolah menengah yang mengambil mata pelajaran mekanika mobil,misalnya,mempelajari salah satu segmen dari pemikiran kritis. Para instruktur memperkenalkan para siswa kepada berpikir kritis dengan menggunakan papan permaiann dalam permaina kata yang melibatkan analisis dan logika. Kemudian,parinstruktur menyabotase sebuah kendraan dan meminta para siswa untuk mendiaknosis apa masalah mobil tersebut. Setiap siswa kemudian menulis sendiri-sendiri langkah-langkah yang diambil agar sampai pada diaknosis disertai degan alasan dibalik langkah-langkah tersebut. Setelah semua murid mendapatkan kesempatan untuk mendiagnosis mobil tersebut,para siswa saling menjelaskan alasan mereka.
Di sebuah perguruan tinggi umum, keterampilan berkomunikasi juga dimasukkan dalam kelas teknologi manufaktur. Para siswa dikelas ini menulis sebuah esai yang menjelaskan bahayanya bekerja di sebuah toko mesin dan menjelaskan bagaimana cara terbaik untuk menghindari bahaya tersebut. Mereka juga melakukan penelitian dan mebuat presentasi mengenai desain dan peralatan terbaik untuk toko mesin yang cantik.
3.Mata Pelajaran yang saling berhubungan
Mata pelajaran yang saling berhubungan adalah mata pelajaran terpisah yang disatukan oleh materi yang saling melengkapi dan topik yang sama. Meskipun setiap mata pelajaran memiliki tujuan, penilaian dan nilai akhir yang terpisah, isi tiap pelajaran dihubungkan sedemikian rupa hingga memberikan konteks pelajaran yang kaya. Para guru dari mata pelajaran yang saling berhubungan berunding untuk memastikan bahwa materi di satu kelas melengkapi dan memperkukuh proses belajar yang terjadi di kelas yang lain.
Kerjasama antar fakultas dan mata pelajaran yang saling berhubungan merupakan tulang punggung the environmental middle school, sebuah sekolah menengah umum di west coast. The environmental middle school yang menampung sebanyak kira-kira 186 anak muda berbagai umur dalam 6 kelas, semua kelas saling berhubungan dan semua guru merupakan satu tim. Bersama-sama mereka menulis kurikulum mengenai pendidikan lingkungan dan memastikan kurikulum standar nasional.
Mata pelajaran yang saling berhubungan, mata pelajaran terpisah yang proyek dan tugasnya sama, memungkinkan para siswa untuk melihat bagaimana satu mata pelajaran yang lain. Dengan membuat hubungan-hubungan ini, anak-anak muda memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menampilkan gaya belajar dan bakat mereka yang unik.
1. Mata Pelajaran Terpadu
”Terpadu” berarti mata pelajaran yang diciptakan dengan mengombinasikan satu atau disiplin ilmu yang berbeda. Mata pelajaran terpadu ini biasanya diajar secara tim, dengan serangkaian tujuan dan penilaian yang sesuai dengan gabungan dari disiplin ilmu yang digabungkan. Kadang-kadang mata pelajaran ini disebut ”multidisipliner”, ”lintas-kurikulum”. Mata pelajaran terpadu sesuai dengan kebutuhan otak untuk menyusun pola dalam menemukan makna.
Dalam kelas terpadu, para siswa menemukan bahwa pengetahuan saling melengkapi dan terjalin; tidak ada batas, tidak ada perbedaan yang dibuat-buat. Mata pelajaran terpadu menyatukan mata pelajaran yang berbeda ke dalam satu-kesatuan makna dan mengaitkannya dengan kehidupan siswa.
Mata pelajaran terpadu dapat berhasil dengan baik apabila mata pelajaran ini menggabungkan semua komponen dari sistem pengajaran dan pembelajaran kontekstual. Komponen-komponen CTL menjamin bahwa mata pelajaran terpadu adalah pengalaman yang berpusat pada siswa, mengakomodasi siswa dari kebudayaan dan latar belakang yang berbeda, dan cocok dengan beragam minat,bakat dan gaya belajar. Apapun yang dipelajari: lumba-lumba,perbintangan,proses pemilihan,atau gempa bumi, jika menghadapi tugas menantang yang berkaitan dengan kebutuhan nyata,mereka mencapai standar yang tinggi. Saat para mahasiswa ssaling mengaitkan mata pelajaran akademik dan menerapkannya dalam situasi dunia nyata, mereka menemukan makna, mengingat pelajaran, dan IQ merekapun makin meningkat (Barab & Landa, 1995).
2. MENGGABUNGKAN SEKOLAH DAN PEKERJAAN
CTL mungkin paling dikenal sebagi sistempengjaran yang menghubungkan sekolah dengan dunia kerja. Mengaitkan pekerjaan dengan sekolah memberi para siswa alasan praktis untuk belajar berbagai hal, ilmu pengetahuan pemasaran atau matemtika.CTL tidak hanya memberi siswa dorongan dari dunia nyata untuk menguasai mata pelajaran akademik, tetapi juga kesempatan untuk mengembangkan diri sendiri.
Namun orang-orang banyak mengkritik kebijakan ini berpendapat bahwa pengaitan semacam itu akan mengubah sekolah menjadi tempat pelatihan dengan kurikulum yang buruk.Para kritikus ini percaya bahwa di tempa kerja,para siswa hanya belajar sedikit keterampilan terbatas yang cocok untuk satu bisnis saja.Karena pendidikan dalam dunia demokratis harus memberikan kesempatan yang sama bagi semua siswa untuk menjadi unggul;apa saja yang membatasi.prkembangan kecerdasan dan perkembangan pribadi dari anak-anak kita seharusnya ditolak. Namun, apabila diatur dan disusun dengan baik, maka hubungan antara sekolah dan pekerjaan akan membantu semua siswa unggul secara akademik dan mengembangkan diri sendiri. karena otak melihat makna didalamnya,dan megingat penggunaannya dalam situai kehidupan nyata,maka penggabungan pelajaran sekolah dengan dunia kerja adalah sangat masu akal.
Praktik menghubungkan sekolah dengan pekerjaan mendapatkan dukungan kuat dari School-to-Work Opportunity Act (SWOA) pada 1994.Sekolah-ke-Pekerjaan (school-to-work) elah di tetapkan sebagai ”suatu cara sistematis membangun pendidikan yag memadukan sasaran akademik,karier,dan tujuan pribadi” untuk melejitkan prestasi semua siswa (Laboratorium Pendidikan Wilayah Nortwest, 1996, h.37). Tdalam Undang-Undang,adalah untuk "meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa dengan cara memadukan materi akademik dengan pengetahuan yang berhubungan dengan pekerjaan,memadukan pembelajaran berbasis sekolah dan pembelajaran berbsis pekerjaan,dan membangun hubungan yangefektif antara pendidikan menengah lanjutan dan menengah atas.”(Gray& Herr,1995,h.139).
3. Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Tujuan utama dari KKN adalah untuk memperoleh pembelajaran akademik tertentu pada saat membantu orang lain. Pelajaran akdemik direncanakan dengan sangat hati-hati.KKN adalah adalah metode CTL yang sesuai untuk semua guru mata pelajaran.metode ini mengajarkan kepada siswa bahwa mereka bertanggung jawab tidak hanya pada diri mereka sendiri, tetapi pada konteks mereka sebagai seorang manusia yang berada di dalam sebuah jaringan keterkaiatan yang menyantumkan mereka dengan semua hal. Karena kerja nyata menghubungkan pekerjaan akademik dengan proyek dunia nyata, maka ini sesuai dengan cara kerja otak. Otak menyimpan pelajaran tersebut. Sat pengalaman siswa mengimspirasikan mereka untuk berpikir kritis, memecahkan masalah,berkomunikasa,memimpin,berbicara di depan umum, dan bekerj dalam tim,saraf keterampila tersebut dalam otak.selanjutnya,saat pengalaman sisw mengajarkan mereka untuk peduli keada orang lain dan bumi, pelajaran itu juga menjadi tertanam dijalur dan sirkuit otak. Peduli kepada orang lain menjadi suatu kebiasaan.
KKN mengajarkan bahwa kita dari segi etika berkewajiban memperhatikan kesejahteraan orang lain. Metode ini mengajarkan penggunaan ilmu pengetahuan dengan penuh kasih sayang dan perlindungan terhadap lingkungan.karena proyek KKN menghubungkan setiap siswa dengan orang lain dan dengan konteks mreka, maka proyek seperti itu memperkuat masyarakat secara keseluruhan.sebagai contoh, mencoret-coret tembok dan pencurian di toko menurun,saat siswa berusaha untuk memberi manfaat bagi orang lain, dan rasa hormat menggantikan kecurigaan saat orang dewasa bekerja sama dengan para siswa. Semua orang mendapat manfaat dai KKN dan menggbungkan tujuan akademik dan tujuan layanan.untuk mengembangkan sebuah proyek KKN proses berikut ini telah terbukti efektif.

Proses untuk Mengembangkan Sebuah Proyek KKN
1) Ajarkan kepada siswa anda apa yang dimaksud dengan KKN dan mengapa program ini penting.kirimkan informasi mengenai KKN kepada orang tua mereka.
2) Identifikasi Tujuan Akademik yang harus dipenuhi dalam pelajaran ini, dan pastikan tujuan tersebut sesuai dengan standar luar yang di buat oleh negara dan badan-badan pendidikan nasional. Putuskan tujuan mana yang mungkin paling pas diajarkan melalui KKN.
3) Memilih proyek.anda boleh memilih satu proyek untuk selursuh kelas. Atau,anda boleh membagi para siswa menjadi kelompok-kelompok dan biarkan setiap siswa memilih sebuah proyek KKN. Memilih proyek yang sesuai sering kali termasuk menghubungi anggota masyarakat untuk mengetahui apa yang harus dilakukan.para siswa yang lenih tua menyelidiki sendiri dan menemukan proyek yang membutuhkan perhatian mereka. Sebelum menjalankan KKN penting untuk mengetahui bagaiman egiatan tersebut akan membentu para siswa memenuhi tujuan belajar dikelas.
4) Lakukan persiapan. Sebelumnya berilah para siswa berbagai keterampilan iswa yang bisa membantu mereka. Misalnya,pelatihan tentang pemecahan masalah,sopan santun dalam bertelepon, kerja tim,teknik wawancara,dan pemikiran kritis mungkin membantu para siswa.
5) Menyampaikan hasil. Hasil dari proyek KKN merupakan bukti autentik dari apa yana dapat dilakukan para siswa.hasil autentik tersebut bisa berwujud dalam berbagai macam bentuk termasuk,misalnya,taman, presentasi menggunakan alat-alat peraga, atau kamar yang baru di cat di pani jompo.
6) Dorong para siswa untuk merenungkan proyek mereka sepanjang mereka dan sering-seringlah bertemu dengan mereka untuk mendapatkan umpan balik mereka.
Penglaman membuktikan bahwa KKn adalah sebuah strategi efektif untuk mengjarkan isi pendidikan. Contoh-contoh dari KKN berikut ini menunjukkan bahwa saat ini siswa diberi wewenang untuk melakukannya mereka akan menguasai isi akademik yang rumit untuk membentuk konteks,sekolah,lingkungan,atau daerah mereka. Siswa akan bekerja keras untuk memperoleh pengetahuan akademik yang mereka butuhkan untuk membantu orang lain.

BAB 4
Pembelajaran Mandiri dan Kerja Sama
Dua komponen sistem pengajaran dan pembelajaran kontekstual—pembelajaran mandiri dan kerja sama—perlu dipelaiari dengan teliti.Pembelajaran mandiri mengutama¬kan pengamatan aktif dan mandiri.Pembelajaran mandiri juga melibatkan pengaitanstudi akademik dengan kehidupan sehari-hari dalam cara yang bermakna untuk mencapai tujuan yang berarti.Kerja sama,sebagai bagian penting dari sistem CTL,memainkan peranan penting dalam pembelajaran mandiri.
Pentingnya Proses
Salah satu obsesi masyarakat kontemporer adalah kecepatan. Kita ingin hasil, dan kita menginginkannya secepatnya. Masalahnya, semakin cepat kita bergerak, semakin jauh kita tertinggal. Hal ini khususnya benar dalam bidang pendidikan. Kita tidak bisa memburu pertumbuhan kaum muda. Proses belajar butuh waktu. Sa¬yangnya, tampaknya kita sudah tidak lagi percaya pada proses, meskipun membicarakan hal ini masih tetap menjadi suatu mode (Chittister, 2000) .2. selain menghadirkan jalan terbaik untuk mencapai prestasi akademik yang unggul,CTL adalah proses yang tidak bisa diukur dengan menggunakan pengukuran standar.Poses belajar ini dikenal sebagai ”pembelajaran mandiri.Dalam pola belajar ini,siswa diajak untuk mengaitkan tugas sekolah merek dengan kehidupan sehari-hari.kehidupan sehari-heri disini maksudnya adalh kehidupan seorang siswa di rumah,disekolah,diantara teman-teman sebaya,dan ditengah masyarakat.ini adalah situasi nyata,lingkungan nyata seorang siswa.pembelajarn mandiri memberi kebebasan para siswa untuk menemukan bagaimana kehidupan akademik sesuai dengan kehidupan mereka sehari-hari.Proses penemuan ini butuh waktu,tetapi hasilnya sebanding dengan waktu yang dihabiskan.Menyusuri Jalan yang berujung pada penemuan ini akan mendorong anak-anak untuk tumbuh dan berkembang .langkah yang mereka ambil inilah ,proses yang mereka jalani,adalah penemuan itu sendiri.
Definisi Pembelajaran Mandiri
Pembelajaran mandiri mem¬bebaskan para siswa untuk menggunakan gaga belajar mereka sendiri, maju dalam kecepatan Mereka sendiri, menggali minat¬minat pribadi, dan mengembangkan bakat mereka dengan meng¬gunakan kecerdasan majemuk yang mereka sukai.Definisi CTL tentang pembelajaran mandiri sangat terkait pada pengertian "mandiri" itu sendiri. Para pelajar yang memiliki tipe seperti ini "mengatur diri sendiri"—memerintah diri sendiri. Mereka mengambil keputusan sendiri dan menerima tanggung jawab untuk itu. Pola belajar mereka juga "diatur"—maksudnya disesuaikan dan dilaksanakan dalam kaitannya dengan sesuatu yang lain. Mereka mengatur, menyesuaikan tindakan mereka untuk mencapai tujuan penting tertentu.
Definisi CTL tentang pembelajaran mandiri berikut ini menggambar¬kan dan menjelaskan gagasan penting ini:Pembelajaran mandiri adalah suatu proses belajar yang mengajak siswa melakukan tindakan mandiri yang melibatkan terkadang sale prang, biasanya satu kelompok. Tindakan mandiri ini dirancang untuk ineng¬hubungkan pengetahuan akademik dengan kehidupan siswa sehari-hari secara sedemikian rupa untuk mencapai tujuan yang bermakna. Tujuan ini mungkin menghasilkan hasil yang nyata maupun yang tidak nyata. Pembelajaran mandiri membangkitkan antusiasme yang sama pada anak-anak dari taman kanak-kanak hingga universitas. Bebas menggambarkan gagasan, minat, dan bakat mereka, para siswa dengan pembelajaran mandiri dari segala usia ini dengan bersemangat i i migaJukan pertanyaan, mengadakan penyelidikan, dan melakukan bcrbagai percobaan (Brooks & Brooks, 1993).4
Pengetahuan dan Keterampilan yang penting untuk p yang Pembelajaran mandiri
Proses pembelajaran mandiri paling baik diuji dari dua perspektif yang berbeda,tetapi sangat berhubungan.Pertama,pembelajaran mandiri mengharuskan siswa untuk memiliki pengetahuan dan keahlian tertentu.Mereka harus tahu dan mampu melakukan hal-hal tertentu mengmbil tindakan,bertanya,membuat keputusan mandiri,berpikir kreatif dan kritis,memiliki kesadaran diri dan bisa bekerja sama.Kedua,pembelajaran mandiri mengharuskan siswa untuk melakukan hal-hal tersebut yaitu,menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam urutan yang pasti,satu langkah secara lois mengikuti langkah yang lain.
1.mengambil tindakan
Belajar aktif yang disebut juga belajar ”langsung” adalh belajar yang membuet pelajaran melekat.mencari dan menggabungkan informasi secara aktif dari tempat kerja,masyarakat,maupun ruang kelas,lalu menggunakannya untuk alasan tertentu akan menyematkan informasi tersebut dalam ingatan.Makanan untuk otak adalah dunia luar.Pembelajaran mandiri,yang menekankan pada tindakan,memberi otak kesempatan untuk merasakan dunia luar dengan cara-cara yang tak terhitung.
Pembelajaran mandiri, yang menekankan pada tindakan, memberi otak kesempatan untuk me¬rasakan dunia luar dengan cara-cara yang tak terhitung (Sizer, 1992).' Tindakan fisik langsung memperkuat pelajaran mengeja yang diterima hari ini. Partisipasi aktif seperti mengukur, berjalan, berbicara, menelepon, mengatur benda-benda, memalu, melukis, mengangkat, menata, merekam dengan video, melempar bola, mencocokkan bentuk, berkebun, merancang poster, atau memimpin diskusi kelas¬memberi sinyal pada neuron dalam otak untuk berhubungan, membentuk dasar untuk berpikir abstrak.
Anak-anak yang berada di tingkat dasar khususnya memerlu¬kan kesempatan untuk mengontrol benda-benda fisik seperti kapur tulis, krayon, dan balok-balok. Mereka perlu menggambar, me¬warnai, bernyanyi dan bertepuk tangan, bicara dengan orang de¬wasa, dan bersosialisasi dengan teman sebaya. Aktivitas-aktivitas fisik seperti ini mengirimkan pesan ke otak yang menjadi dasar bagi pembentukan jaringan saraf yang kuat (Port, 1999).1 Mereka menciptakan banyak jalan bagi neuron untuk mencatat dan me¬nyimpan informasi dan keahlian barn. Belajar aktifjuga memuaskan dorongan anak untuk melakukan pekerjaan penting dan untuk dianggap bersungguh-sungguh.
Siswa sains kelas enam di Florida mempelajari arkeologi dengan jalan meiicari dan merekonstruksi artefak-artefak yang terdiri sisa-sisa bangkai binatang yang tergilas di jalan yang diambil dilwburkaii oleh guru mereka di hutan di belakang taman bermail" Wiigaii menggunakan kayu dan jala, anak-anak itu membuat sebuah ay,ikaii 1111(Uk menyaring tanah. Dengan menggunakan tey'11'k j)(-11r'),,;il1aiiarkeologis yang benar, mereka menggali sebuah lubang 1)(1 min sale meter persegi sedalam satu meter. Kemudian, mereka. menyaring tanah untuk menemukan "tanaman" guru mereka, yaitu tulang-belulang yang tercerai-berai—yang sebelumnya telah di¬rebus—dari seekor binatang kech. Para siswa memindahkan tulang¬belulang itu ke daerah yang bersih, menggelarnya, dan mereka¬ulang tulang-belulang tersebut. Mereka membuat diagram, men¬catat nama setiap tulang, dan menjelaskan fungsi masing-masing. Para siswa sangat menikmati kelas itu dan dengan bergurau mereka mengatakan bahwa mereka pasti akan teringat pada guru mereka jika suatu scat mereka menemukan bangkai binatang yang tergeletak dijalan.
2.Mengajukan Pertanyaan
Sebagaimana keberhasilan pembelajaran mandiri bergantung pada pengambilan tindakan, pola belajar ini juga bergantung pada pengetahuan dan keahlian yang menghasilkan perilaku dan proses berpikir mandiri. Untuk menjadi mandiri, baik bekerja sendiri maupun dalam kelompok, anak-anak harus bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan menarik, membuat pilihan-pilihan yang bertang gung jawab, berpikir kritis dan kreatif,memiliki penge tahuan tentang dirisendiri, dan bekerja sama. Anak-anak tidak dengan otomatis mendapatkan kemampuan-kemampuan ini waktu mereka ikut. serta dalam tugas-tugas dari pembelajaran mandiri. Gurulah yang menanamkan hal ini kepada mereka. Guru dapat membantu anak¬anak sejak mereka mengawali perjalanan untuk menjadi pelajar yang aktif dan mandiri. Pentingnya berpikir mandiri dalam meng¬ajukan pertanyaan, membuat berbagai pilihan, mengembangkan kesadaran-diri, dan bekerja sama.
Dengan bantuan seorang guru yang imajinatif, setiap anak dapat didorong untuk mengajukan berbagai pertanyaan yang bersentuhan langsung dengan kehidupan mereka sekarang, pada saat ini. Siswa-siswa kelas lima mungkin ditanyai, misalnya, ten-tang mainan apa yang diinginkan siswa kelas satu dan merencanakan cara untuk menemukannya. Ketika pertanyaan-pertanyaan yang mereka bunt menibmitu anak-anak untuk menemukan kaitan antara pelajaran di kelas daii situasi yang mereka alami baik di sekolah, di rumah, inatipm sebagai anggota masyarakat, mereka melihat makna mata peri-11:11-all akademik dan dengan demikian ingin mencapai prestasi yang unggul. Mereka menjadi termotivasi dari dalam diri tmtuk ine nyelesaikanmasalah-masalah yang menarik dan meiiycli(liki posisi mereka untuk ambil bagian dalam persoalan-persoalm penting.

3.Membuat Pilihan
Para siswa dengan pembelajaran mandiri tidak hanya memilih rancangan kerja,tetapi juga memutuskan bagaimana mereka harus berperan serta.Siswa memilih berpartisipasi dalm rencana kerja yang paling sesuai dengan minat pribadi dan bakat mereka sambil mencari keterkaitan antara tugas keseharian mereka.Para siswa dengan pembelajaran mandiri mungkin memilih mendapatkan informasi,misalnya,dengan jalan mengamati,mendengarkan, membaca,atau berdiskusi.Mereka mungkin melakukan riset dengan cara menonton video,mendengarkan kaset,membaca buku,atau mewawancarai orag-orang.karena pembelajaran mandiri ini membebaskan anak untuk memilih cara belajar terbaik yang paling sesuai untuk mereka,dan karena pola ini menyesuaikan minat dan bakat mereka, maka pola belajar ini dapt membantu siswauntuk mencapai keunggulan.Pilihan-pilihan siswa membuat belajar menjadi menyenangkan sekaligus bermakna.

4.Membangun Kesadaran Diri
Kesadaran diri, yaitu kemampuan untuk merasakan perasaan saat perasaan tersebut muncul, adalah kemampuan khusus manusia.Kemampuan ini membuat kendali diri menadi sesuatu yang mungkin. Kesadaran-diri juga meliputi pengetahuan tentang keterbatasan dan kekuatan kita, dan juga mengetahui bagai¬mana pandangan orang lain terhadap kita. Kalau kita menyadari bagaimana orang lain memerhatikan kita, mungkin kita dapat mem¬perbaiki hubungan kita dengan mereka, yang juga meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama dalam kelompok. Kerja sama dengan anggota kelompok tentunya akan berlangsung lebih baik di antara mereka yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi (Coleman, 1995).

5.Kerja Sama
Karena kerja sama adalah sesuatu yang alami, kelompok dapat maju dengan baik. Setiap bagian kelompok saling berhubungan sc demikian rupa sehingga pengetahuan yang dipunyai seseorang akal 1 menjadi output bagi yang lain, dan output ini akan menjadi input bagi yang lainnya lagi. Jika setiap individu yang berbeda membangun hubungan dengan cara seperti ini, mereka membentuk suatu kesatuan sistem yang jauh lebih mumpuni dibandingkan jika seseorang bekerja sendirian.sinergi seperti ini terbentuk dari suasan persahabatan,saling menghargai, kesabaran, dan kepercayaan.Kerja sama yang erat dalam suasan yang demikian tidaklah terjadi begitu saja, tetapi harus diusahakan.Kerja sama yang erat lahir terutama dari komunikasi yang kuat diantara para anggota kelompok.
Bekerja sama tidak datang dengan sendirinya diantara anak-anak, atau siapa saja, sebagian karena ini mungkinkan membutuhkan pengakuan bahwa eyakinan kita sebetulnya belum tentu mempunyai bukti atau alasan yang kuat.
Kita sangat menghargai keyakinan kita seolah-olah itu adalah perpanjangan dari diri kita. Kita lupa bahwa keyakinan kita menggambarkan pengaruh dari konteks kita, yang sering tidak kita uji. Konteks itu adalah lingkungan keseharian kita di rumah, sekolah, dalam tim, dengan teman-teman, atau di tempat kerja. Dari konteks ini muncul pengalaman-pengalaman yang mem¬bmiuk keyakinan dan pendapat kita, cara kita untuk menafsirkan kciiyataan. Bagaikan gelas dengan persepsi yang salah, pendirian kita yang belum teruji tersebut mungkin menyebabkan kita iuemandang icalitasdari perspektif yang salah. Bekerja sama membuat kita dapat memandang dunia sebagaimana orang lain melihatnya. Karena bekerja bersama,para anggota kelompok melihat dengan lebih jelas daripada jika seseorang bekerja sendiri. Mereka mengimbangi dengan cara otak manusia merespons data yang diperoleh dari panca indra.
Belajar dengan kerja sama, yang melebihi cara otak manusia berfungsi, memungkinkan anak untuk mendengarkan suara anggota kelompok yang lain. Pola belajar ini juga membantu siswa untuk, menemukan bahwa ternyata cara pandang mereka hanyalah satu di antara cara pandang yang lain, dan bahwa cara mereka melakukan sesuatu hanyalah satu kemungkinan dari berbagai kemungkinanan lain. Melalui kerja sama, dan bukannya persaingan atau koin petisi, anak-anak menyerap kebijaksanaan orang lain. Melalui kerja sama, mereka dapat menyemai toleransi dan perasaan mengasihi. Dengan bekerja bersama orang lain, mereka sating iuciitikai pengalaman yang sempit dan pribadi sifatnya untuk mendapatkan konteks yang lebih luas berdsarkan pandangan tentang kenyataan yang lebih berkembang.
Berbagai strategi untuk kerja kelompok telah ditulis secara luas.aturan-aturan kerja kelompok berikut ini,yang dilakukan dalam kelas matematika,menyarankan berbagai pilihan dan tanggung jawab dalam menghadapi anggota kelompok :

1. Tetap fokus pada tugas kelompok.
2. Bekerja secara kooperatif dengan para anggota kelompok lainnya.
3. Mencapai keputusan kelompok untuk setiap masalah.
4. Meyakinkan bahwa setiap orang dalam kelompok memahami setiap solusi yang ada sebelum melangkah lebih jauh.
5. Mendengarkan orang lain dan mencoba memanfaatkan ide-ide mereka.
6. Berbagi kepemimpinan dalam kelompok.
7. Memastikan setiap orang ikut berpartisipasi
8. Bergiliran mencatat hash-hash yang telah dicapai ke¬lompok.
Penetahuan dan keahlian yang telah dijelaskan,yaitu mengambil tindakan, mengajukan berbagai pertanyaan,membuat pilihan-pilihan, memiliki kesadaran diri ,dan bekerja sama, jika digabunfkan dengan pengetahuan akademik, akan memungkinkan anak untuk dapat mengikuti proses pembelajaran mandiri.

Proses Belajar Mandiri
Pembelajaran mandiri adalah sebuah proses. Sebagaimana proses lainnya, pola belajar ini mengikuti beberapa prosedur untuk bisa mencapai suatu tujuan. Proses belajar mandiri adalah suatu metode yang melibatkan siswa dalam tindakan-tindakan yang meliputi beberapa langkah, dan menghasilkan baik hasil yang tampak mau¬pun yang tidak tampak. Langkah-langkah ini menggunakan berbagai pengetahuan dan keahlian yang telah didiskusikan sebelumnya,juga menggunakan pengetahuan akademik.
Secara umum, proses yang harus diikuti siswa yang mandiri meangikuti siklus "Rencanakan, Kerjakan, Pelajari, Lakukan Tindak¬an”.
Proses belajar mandiri adalah suatu metode yang melibatkan siswa dalam tindakan-tindakan yang meliputi beberapa langkah,dan menghasilkan baik hasil yang tampak maupun yang tidak tampak dalam kelompok maupun bekerja sendiri, melakukan langkah-langkah yang serupa, yaitu :
1. Siswa Mandiri Menetapkan Tujuan
2. Siswa Mandiri Menetapakan Rencana
3. Siswa Mandiri Mengikuti Rencana dan Mengukur Kemajuan Diri
4. Siswa Mandiri Memuatkan hasil Akhir
5. Siswa yang Mandiri Menunjukkan Kecakapan Melalui Penilaian Autentik.

Kekuaan Pembelajaran Mandiri untuk Melakukan Perubahan
Dale Parnell meyakinkan kita bahwa pembelajaran Works!, dia menunjukkan bukti-bukti yang kuat tentang kemajuan siswa. Pembelajaran mandiri bisa berhasil karena seperti yang kita lihat,adalah hal yang alami bagi anak untuk bertindak secara mandiri,dan mengmbil keputusan sendiri.juga hal yang alami bagi anak untuk menemukan hubungan antara ide-ide baru dan situasi mereka sendiri.semua manusia secara terus menerus sadar akan lingkungan hidupnya.,dan menyesuikan pemikiran serta tindakan mereka untuk menanggapinya.
Dibuat berdasarkan prinsip pengaturan diri,setiap makhluk hidup adalah mandiri dan mengatur diri sendiri.oleh karena itu,setiap makhluk memiliki kesadaran.kesadaran inilah,sebagai kesadaran identitas yang unik, yang dapat menyebabkan sebuah sel tumggal menyadari adanya gangguan dalam lingkunganya, dan bisa memutuskan apakah akan bereaksi terhadapnya atau tidak.jika sel itu bereaksi, hasilnya bisa jadi sebuah perubahan yang terjadi sedikit demi sedikit dalam struktur fisik sel tersebut.kesadaran inilah yang menyebabkan makhluk hidup untuk memerhatikan dan memberikan respons terhadap lingkungannya.sebagai makhluk hidup kita menghargai lingkungan kita hubungan keluarga,pekerjaan,tekanan dari teman sebaya dan sekolah kita membuat pilihan yang menggambarkan potensi diri kita.dengan kata lain,kita memilih ingin menjadi apa kita nanti.kita mungkin memilih untuk bereaksi dengan cara-cara yangmendorong pertumbuhan dan perkembangan , atau bisa juga tidak.
Pembelajaran mandiri memberikan siswa kesempatan yang luar biasa untuk mempertajam kesadaran mereka akan lingkungan mereka.Pembelajaran mandiri memungkinkan siswa untuk membuat pilihan-pilhan positif tentang bagaimana mereka akan memgatasi kegelisahan dan kekacauan dalam kehidupan sehari-hari.Pola ini memungkinkan siswa bertindak berdasarkan inisiatif mereka sendiri untuk membentuk lingkungan.dengan jalan demikan,para siswa mandiri mengembangkan potensidiri mereka.menemukan minat-minat barudan bakat-bakat terpendam mereka sembari berkembang mencapai keunggulan akademik.mereka juga menemukan bahwa mereka mampu mempengaruhi lingkungan mereka.melalui proses belajar mandiri,mereka belajar bahwa mereka bisa menjadi pencipta bersama dalam dunia tempat tinggal mereka.mereka menyadari bahwa merupakan tanggung jawab mereka juga untuk menciptakan kembali sebuah dunia dimana setiap makhluk hidup akan betah hidup didalamnya.

BAB 5
Berpikir Kritis dan Kreatif

Bepikir kritis

Berpikir kritis adalah kemampuan untuk mengatakan sesuatu de¬ngan penuh percaya diri, "Ide saya bagus karena berdasarkan alasan yang logis, " atau "Ide Anda bagus karena didukung oleh bukti yang kuat. " Berpikir kritis memungkinkan siswa untuk me¬nemukan kebenaran di tengah banjir kejadian dan informasi yang mengelilingi mereka setiap hari. Berpikir kritis adalah sebuah pro¬ses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pen¬ dapat mereka sendiri. Berpikir kritis adalah se¬buah proses terorga¬nisasi yang me¬mungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pernyatan orang lain.
Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Pemahaman membuat kita mengerti maksud dibalik ide yang mengarahkan hidup kita setiap hari. Pemahaman mengungkapkan makna dibalik suatu kejadian.
Proses berpikir kritis mengharus¬kan keterbukaan pikiran, kerendahan hati, dan kesabaran. Kualitas-¬kualitas tersebut membantu seseorang mencapai pemahaman yang mendalam. Karena ingin sekali melihat makna di balik informasi dan kejadian, pemikir kritis selalu berpikiran terbuka saat mereka mencari keyakinan yang ditimbang baik-baik berdasarkan bukti logis dan logika yang benar. Pencarian mereka akan kebenaran mengbaruskan mereka berhati-hati dalam menarik kesimpulan, ce¬pat mengakui kebodohan, rindu mendapatkan informasi baru, sabar dalam menyelidiki bukti, toleran terhadap sudut pandang baru, dan mau mengakui kelebihan sudut pandang orang lain dibandingkan dengan sudut pandang mereka sendiri. Membuat penilaian terlalu cepat dan keras membuat berpikir kritis sulit dilakukani.

DefiniSi Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah berpikir dengan baik, dan merenungkan tentang proses berpikir merupakan bagian dari berpikir dengan baik. Pada awal abad yang lalu, dalam tulisannya, John Dewey mengatakan bahwa sekolah harus mengajarkan cara berpikir yang benar pada anak-anak (Dewey, 1916/1966).' Vincent Ruggiero (1988) meng¬artikan berpikir sebagai "segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau "memecahkan masalah, membuat keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami; berpikir adalah sebuah pencarian jawaban, sebuah pencapaian makna" (h. 2).8 John Chaffee (1994), Di,rektur Pusat Bahasa dan Pemikiran Kritis di LaGuardi College, City University of New York (CUNY), menjelaskan bahwa berpikir sebagai "sebuah proses aktif, teratur, dan penuh makna yang kita gunakan untuk memahami dunia" (h. 1).' Dia mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir untuk " me¬nyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri" (Chaffee,1994,h.50). maksudnya tidak hanya memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaimana kita dan orang lain menggunakan bukti dan Iogika.
Mereka tidak menerima begitu saja cara mengerjakan sesuatu hanya karena selama ini memeng begitulah cara mengerjakannya,dan mereka juga tidak menganggap suatu pernyataan benar hanya karena orang lain membenarkannya.Sebaliknya,mereka bertanya,”Apakah pernyataan orang itu bebas dari prasangka?Apakah argumen orang itu logis?Apakah generalisasi ini didasarkan pada informasi yang benar?” tersebut didukun oleh kebenaran atau merupakan produk kesalahpahaman.Mereka meneliti sebuah pertanyaa untuk memastikan pertanyaan tersebut logis dan tidak berasal dari asumsi yang salah.
Sayangnya, dalam masyarakat sekarang,orang berpikir bahwa berpikir kritis hanya ada dimata kuliah filsafatdan retorika di perguruan tinggi dan bukan sebuah kebiasaan berfikir yang seharusnya ditanamkan sejak usia dini. Namun, pemikiran kritis bukanlah sesuatu yang sulit dan esoteris yang hanya bisa dilakukan oleh mereka yang memiliki nilai IQ berkategori Genius. Sebaliknya,berpikir kriis merupakan sesuatu yang dapat dilakukan semua orang.
Hanya berpikir kritis—berpikir secara terorganisasi mengenai proses berpikir kita sendiri dan proses berpikir orang lain yang Akanmembekali anak muda untuk sebaik mungkin menghadapi informasi yang mereka dengar dan baca, kejadian yang mereka alami dan keputusan yang mereka buat setiap hari (Chaffee, 1994). Hanya berpikir kritislah yang memungkinkan mereka menganalisis pemikiran sendiri untuk memastikan bahwa mereka telah menentukan pilihan dan menarik kesimpulan cerdas. Mereka yang tidak berpikir kritis tidak dapat memutuskan untuk diri mereka sendiri apa yang hars dipikirkan, apa yang harus dipercaya,atau harus bagaimana harus bertindak. Karena gagal berpikir mandiri, mereka meniru orang lain dengan pasif.

Berpikir Kritis sebuah proses sistematis
Sebagian besar ahli berpikir kritis setuju bahwa meneliti proses ber¬pikir harus dilakukan dengan sistematis. Satu alasan mengapa kita membutWhkan pendekatan sistematis dan terorganisasi untuk ber¬pikir kritis karena pada dasarnya berpikir sulit untuk dipahami. Kita semua tabu persis apa yang dimaksud dengan berpikir, dan kita tentu bermaksud melakukannya dengan baik, tetapi wring kali apa yang kita pikirkan tentang berpikir ternyata keliru. Dan itu terjadi dengan sangat mudah, misalnya dengan mencampuradukkan keyakinai i dengan pengetahuan. Kita melihat apa yang kita percaya, dan ke¬percayaan kita menjerat kita.
Untuk menghindari jebakan ini, pemikir kritis bertanya, me¬meriksa dengan teliti asumsi-asumsi, dan memandang segala se¬suatu dari sudut pandang yang berbeda. tambahan lagi, mereka melakukan hal tersebut dengan cara yang sistematis dan teratur rapi.
Berpikir Kreatif –semua orang kreatif
Setiap manusia memiliki kapasitas untuk menggunakn pikiran dan imajinasi mereka secara konstruktif untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Kita bisa merumuskan sebuah ide baru yang akan semakin menyempurnakan produk yang sudah ada, atau mungkin kita bisa menciptakan sebuah cara,yang benar-benar baru, bagaimana memberikan suara pada saat pemilihan umum. Baik kita memperbaiki sesuatu yang sudah dikenal maupun memperkenalkan sesuatu yang unik, baik kita muncul dengn ide orisinil, puisi, lukisan, mesin maupun membuat makanan baru dari resep lama,kita menciptakan sesuatu yang baru. Tentu saja, tidakan yang merusak akan merusak hidup. Karena kreativitas menambahkan keanekaragaman tak terbatas yang mengisi alam semesta, maka bisa dikatakan mereka yang menciptakan telah bertindak selaras dengan alam. menciptakakan berarti menambahkan keaneka ragaman yang mengagumkan dialam semesta. Menciptakan juga berarti menyadari potensi terpendam kita, dan dengan melakukannya, kita memperkaya potensi masyaakat, memperkaya konteks yang kita tempati. Pemikir kreatif melihat diri meeka tinggal disebuah konteks, konteks keluarga,sekolah,kota,tau ekosistem,dan mereka mencoba untuk memperbaiki konteks ini.
Penghalang Kreativitas
Sayangnya, sekolah-sekolah sering menjadi kendala bagi kreati¬vitas. Dari generasi ke generasi, mereka mengirimkan pesan bahwa hanya orang-orang luar biasa yang harus mencoba untuk menyanyi, menari, bermain bola basket, mengikuti lomba lari, menulis cerita pendek, atau bermain drama. Sekolah tidak hanya cenderung men¬jadikan kreativitas sebagai ciri khusus dari segelintir siswa yang unggul, tetapi juga telah dengan ketat menetapkan apa yang di¬sebut karya kreatif. Ide-ide nyeleneh dicemooh, meskipun semua ide seharusnya dihormati, khususnya yang nyeleneh.Yang lebih buruk lagi, mereka menghukum siswa yang nyeleneh.
Di TK, contohnya, anak laki-laki teman saya, Jack, tahu bahwa dia ternyata tidak dapat menggambar. Setelah mewarnai seekor kelinci dengan warna merah muda, Jack mewarnai garis bentuk luar kelinci tersebut dengan warna hitam dan meletakkannya di sebuah lapangan dengan rumput warna ungu. Guru TK Jack menegurnya di depan teman-teman sekelasnya karena tidak menge¬tahui aturan bahwa garis bentuk luar dari kelinci merah muda harus selalu diberi warna merah muda dan bahwa lapangan itu selalu hijau. Dia memberi Jack nilai "C". Karena merasa putus asa, Jack tidak berani lagi mengekspresikan pandangan pribadi¬nya. Menggambar baginya hanyalah masalah menghindari ke¬salahan.
Diantara banyak kendala yang membungkam kreativitas, yang berkut ini khususnya merusak :
1. sensor internal dari seseorang
2. orang-orang yang mencari kesalahan
3. peraturan dan persyaratan yang mmbatasi dan melarang
4. perilaku menerima dengan pasif, tanpa bertanya
5. pengotak-ngotakan
6. memusuhi intuisi
7. takut membuat kesalahan
8. tidak menyempatkan diri untuk merenung
berfikir kreatif membuat kita bisa melewati kendala-kendala tersebut. Mereka yang menanamkan kebiasaan berpikir kreatif melihat kemungkinan-kemungkinan baru, bukan batasan, dan mereka berani bereksperimen tanpa takut berbuat salah. Mereka mengikuti kompas nurani mereka dan memperkaya hidup orang lain dan bahkan bumi dengan keaslian mereka.

Berpikir kreatif dan kritis : Dua Sisi Mata Uang
Berpikir kreatif dan kritis bagaikan dua sisi mata uang. Pikiran kreatif merancang kostum untuk digunakan dalam sandiwara sekolah. Pikiran kritis memastikan kainnya cocok dan jahitannya kuat. Pemikir kreatif memperaktikan asosiasi bebas dan menemukan cara baru untuk menyediakan rumah dan makanan bagi gelandangan.pemikir kritis mempelajari kelayakan sebuah ide. Seluruh manusia adalah pemikir kreatif dan kritis.saat mereka memperbaiki,menggunakan, dan meningkatkan kapasitas mereka untuk melakukan keduanya, mereka meningkatkan kesempatan untuk memperkaya tidak hanya kehidupan mereka sendiri,tetapi juga kehidupan masyarakat dan sebagai anggota dari ekosistem bumi.untungnya, sistem pengajaran dan pembelajaran kontekstual menawarkan banyak kesempatan bagi siswa untuk menjadikan berpikir kreatif dan kritis menjadi suatu kebiasaan. Pendidikan berarti belajar menggunakan pikiran dengn baik, dan CTL menyediakan kesempatan untuk mempraktikan pemikiran dalam tingkatan yang lebih tinggi.

BAB 6
CTL : Sebuah Jalan Menuju Keunggulan untuk Semua Orang
CTL merupakan topik yang panas belakangan ini. Sayangnya, banyak perdebatan yang mengelilinginya: perdebatan yang timbul dari kesalahpahaman. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual telah dengan keliru dianggap sebagai strategi yang mengharuskan siswa untuk melapor ketempat kerja yang hanya melatih mereka unuk melakukan pekerjaan yang terbatas. Itu semua tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
Pengajur CTL hanya mempunyai satu tujuan dalam benak mereka: menolong semua sisw mencapai keunggulan akademik. Banyak pendidik yang telah menyadari bahwa CTL menolong semua siswa menguasai materi akademik yang sulit baik siswa yang erisikom maupun siswa yang gampang belajar.CTL membantu sema siswaa belajar karena sistem pendidikan in cocok dengan fungsi otak dan cara kerja alam.
Tentu saja tujuan pendidikan dalamsebuah masyarakat demokratis adalah membedayakan setiap anak agar bisa mewujudkan seluruh potensinya. Tentu saja tujuan pendidikan adalah mempersiapkan setiap anak agar mampu turut berperan serta dalam perekonomian dan kesejahteraa masyarakat umum. Jika Amerika tidak menolong anak muda un tuk mencapai standar akademik yang tinggi, sama saja dengan menakdirkan mereka berpindah-pindah tanpa tujuan dari satu pekerjaan yang tidak menjajikan kepekerjaan lain dengan upah minimum.
Para guru harus memasukkan informasi akdemik kedalam benak siswa,tidak hanya pada yang mudah belajar, tetapi juga pada yang sulit membaca, yang tidak mengerti dari konsep sebuah dfonem, dn yang merasa bingung apabila berpikir tentang bilangan abstrak. Keyakinan yang banyak dianut diantara para pembuat kebijakan saat ini adalah,jika pendidik tetap mengajar dengan cara yang sama, tetapi lebih giat maka siswa akan merespons latihan-latihan dril yang rutin dengn baik dan akan mengerjakan ujian standar dengan baik. Akan tetapi, apa yang akan terjadi pada anak muda yang tidak dapat belajar dengan baik dari dril dan latihan keterampilan, dan yang selamanya tidak dapat mengerjakan ujia standar dengan baik?.
Sayangnya,strategi tradisional sekolah dasar dan menengah telah gagal dan terus menyebabkan kegagalan pada banyak anank muda kita. Sudah umum diketahui bahwa para profesor di universitas kecewa dengan siswa yang masuk perguruan tinggi tanpa persiapan yang memadai. Sekoalah Strategi tradisional sekolah dasar dan menengah juga telah membuat siswa politeknik kedodoran. Siswa-siswa politeknik memang dibekali keterampilan,tetapi terbatas, dan tidak dibekali keterampilan akademik. Pada zaman teknologi ini orang-orang dari semua jenis karier,buruh, dan pegawai kantor membutuhkan pengetahuan akademik jika ingin menyesuaikan diri dengn kompleksitas dan perubahan yang cepat.
CTL, dengan penekanan pada belajar dengan melakukan, menyediakan sebuah jalan menuju keunggulan akademik yang dapat diikuti oleh semua siswa. CTL berhasi karena saat siswa menggunakan pegetahuan baru untuk tujuan yang berarti, mereka memberi makna pada pengetahuan itu. Jika otak hanya belajar, mengutip, dan berlatih, ngebut sebelum ujian,maka dalam waktu 14 sampai 18 jam otak akan melupakan sebagian besar informasi barutersebut, kecuali jika informasi itu memiliki makna. Proses belajar CTL yang aktif dan langsung memungkinkan siswa membangun keterkaitan yang enar-benar mengisi pekerjaan sekolah mereka dengan makna. Karena mereka melihat makna, maka siswa menguasai apa yang mereka pelajari.
Sekolah-sekolah sekarang dipaksa untuk mengikuti ujian yang terpusat. Siswa yang beruntung mungkin mendapatkan guru-guru yang mengacu pada materi ujian-ujian tersebut untuk memperoleh standar akademik tinggi, dan kemudian mulai mengerjakannya dengn menggunakan CTL,paling tidak sebagian. Menggunakan CTL berarti memberi para siswa kesmpatan untuk menemukan makna dan arti diri dalam pelajaran akademik dengn benar-benar mengitkan pekerjaan sekolah dengn kehidupan sehari-hari dan minat mereka. Siswa boleh membangun keterkaitan dengn berbagai cara. Inti dari keterkaitan tersebut adalah untuk menarik minat dan menantang para siswa agar mereka melihat makna dalam pelajaran mereka dan oleh karena itu termotivasi untuk mencapai tujuan akademik yang tinggi.
CTL tidak mengajak untuk mengesampingkan cara-cara pengajaran yang lain.CTL ditawarkan sebagai sebuah pendekatan bolistik terhadap pendidikan yang dapat digunakan oleh semua siswa baik yang sangt berbakat maupun siswa yang mengalami kesulitan belajar. CTL ditawarkan sebagai satu strategi yang ssangt menarik diantar banyak metode pengajaran lainnya. Keampuhan CTL terletak pada kesempatan yang diberikan pada semua siswa untuk mengembangkan harapan mereka, untuk mengembangkan bakat mereka,dan mengetahui informasi terbaru, serta menjadi anggota sebuah masyarakat demokrasi yang cakap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar