jam

Minggu, 12 April 2009

Pendidikan Dasar Rapuh

Spirit NTT, 16-22 Maret 2009, Laporan alfred dama

KUPANG, SPIRIT--Masalah pendidikan di NTT bukan saja pada hasil ujian nasional (UN) yang kurang memuaskan. Pada tataran guru sekolah dasar (SD), NTT juga sedang menghadapi masalah besar.

"Pendidikan dasar kita rapuh, sekarang lima tahun, 10 tahun kira-kira 30 persen guru SD akan pensiun, atau sekitar 15 ribu yang pensiun. Sementara untuk menggantinya sangat sulit," kata pengamat dan praktisi pendidikan, Drs. John Manulangga, M.Ed.


Berbicara dalam diskusi terbatas bertajuk Menemukan Permasalahan Mutu
Pendidikan Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Saat Ini yang digelar di Ruang Redaksi Pos Kupang, Kamis (12/3/2009), Manulangga mengatakan, dalam kurun waktu tiga hingga lima tahun mendatang akan ada sekitar 30 persen guru SD di NTT yang pensiun atau setara dengan 15 ribu orang.
Masalahnya, tenaga guru SD yang dihasilkan Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang dalam 10 tahun belum tentu mencapai 10 ribu orang.

Lebih Buruk
Perihal pelaksanaan Ujian Nasional (UN) 2009, katanya, bisa menghasilkan hasil yang lebih buruk dari tahun 2008. Bila pada tahun ajaran 2008-2009, semua komponen pendidikan dasar sampai sekolah menengah,bekerja seperti tahun lalu, maka hasil UN 2009 ini akan merosot. Dan, bila komponen pendidikan lebih baik dari tahun lalu, maka hasil UN 2009 akan sama seperti tahun 2008.

Menurut catatan, hasil UN 2008, yakni dari 29.688 peserta UN SMA, tercatat lulus 11.059 orang, sementara yang lulus 18.629 orang atau hanya 62,75 persen. Sedangkan peserta UN SMP tercatat 58.606, namun yang lulus hanya hanya 27.160 atau 46.38 persen saja.

Para pakar dan praktisi pendidikan hadir dalam diskusi yang berlangsung hampir lima jam kemarin. Peserta diskusi antara lain Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (PPO) Propinsi NTT, Ir. Thobias Uly, M.Si, Wakil Walikota Kupang, Drs. Daniel Hurek, Eddy Sulla dari Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) NTT dan beberapa kepala sekolah swasta dan negeri tingkat SLTP dan SLTA di Kota Kupang.

Para nara sumber selain John Manulangga, adalah Prof. Dr. Elias Kopong, Ketua Yayasan Swastisari, Sr. Lucie Sumarni, CB, Ketua Forum Ilmiah Guru (FIGUR) SD Kota Kupang, Linus Lusi, S.Pd, serta Evi Basari mewakili orangtua serta Chandra Pali dari SMAK Giovanni Kupang dan Nancy Radja dari SMKN 6 Kupang yang mewakili para siswa.

John Manulangga menjelaskan, bila pada tahun ajaran 2008-2009, semua komponen pendidikan bekerja seperti tahun lalu maka hasil UN 2009 ini akan merosot, dan bila komponen pendidikan lebih baik dari tahun lalu maka hasil UN 2009 akan sama seperti tahun 2008. "Jadi kita harus kerja all out untuk meningkatkan hasil UN 2009 ini," kata mantan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT ini.

Guru Menakutkan
Sementara, Prof. Dr. Elias Kopong mengatakan, pola belajar yang menjadikan siswa sebagai obyek harus ditinggalkan. Komponen siswa sebagai bagian dari proses belajar dilupakan. "Siswa hanya dianggap sebagai obyek, padahal tidak. Mereka harus diajak terlibat dalam menentukan ke mana mereka mau pergi. Mereka adalah subyek, jangan lupa. Usahakan dalam desain ini yang penting adalah hasil menjadi milik bersama, bukan saja milik kepala sekolah, komite sekolah. Hasil milik bersama, sehingga ada motivasi dan untuk unsur implementasi," jelasnya.

Pelaku pendidikan dan pimpinan Lembaga Pendidikan Generasi Unggul, Pdt. Johni Kilapong pada kesempatan itu mengatakan stigma anak bodoh dan anak pintar sebaiknya dilupakan saja, sebab tidak ada anak bodoh dan anak pintar di dunia ini. Hal yang pelu dilakukan, katanya, adalah menyusun suatu model belajar yang disukai oleh setiap anak.

Pdt. Johni mengingatkan, tidak ada pelajaran yang sulit atau menakutkan. "Yang ada hanya guru yang menakutkan. Jadi kita ubah perilaku mengajar guru yang sangat jahat menjadi lembut dan menarik," jelasnya. (*)


Diposkan oleh Spirit NTT
Label: pendidikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar