jam

Senin, 16 Maret 2009

Mandat Utama Perguruan Tinggi Indonesia

Ditulis oleh Irwandi Wednesday, 25 February 2009
Mandat utama perguruan tinggi di Indonesia, sebelum yang lainnya, adalah memberi nilai tambah dan mengabdi untuk masyarakat dan pemerintah daerah setempat. Tri darma perguruan tinggi, harus diarahkan untuk menjawab masalah masyarakat dan pemerintah daerah dan meningkatkan kesejahteraan mereka.
Menurut Dirjen Dikti, Prof. Dr. Fasli Jalal, dalam sidang pleno Rembuk Nasional, 23-25 Februari, Sawangan, Depok, ini harus diletakkan sebagai prioritas utama perguruan tinggi, sebelum berbicara tentang World Class Universities dan cita-cita lainnya. Ini adalah leverage perguruan tinggi di mata masyarakat.
Ini juga mengingatkan arahan bapak Menteri Pendidikan Nasional dalam salah satu pertemuan Rapat Kerja Nasional Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri dan Kopertis pada 22-24 Juli 2008 yang menyebutnya sebagai akhlak perguruan tinggi. Ada pertanggunjawaban moral perguruan tinggi kepada masyarakat.
Ketika terjadi problem di tengah masyarakat setempat, secara hokum memang pemerintah daerah yang bertanggungjawab, tapi secara moral perguruan tinggilah sebetulnya yang lebih merasa bertanggungjawab, terutama perguruan tinggi negeri. Sebagai ilustrasi, ketika banjir Jakarta terjadi, seharusnya UI merasa lebih bertanggungjawab. Ketika Bandung menjadi lautan sampah, ITB harus merasa bersalah. Ketika di Jogjakarta tinggi buta aksaranya UGM dan UNY harus bertanggungjawab dan paling di depan memikirkan jalan keluarnya.
Menurut Dirjen Dikti, sebetulnya beberapa perguruan tinggi sudah memiliki modal dan model keunggulan lokal dalam pengembangan tri darma perguruan tinggi ini. Mereka berhasil mengembangkan kerjasama dengan pemda dan masyarakat dan diakui oleh dunia internasional terbukti dari penghargaan dunia yang didapatkan dan keterlibatan universitas luar negeri di dalamnya. Best practices ini bisa dibagi dan dipelajari. Misalnya beberapa perguruan tinggi telah mengembangkan contoh-contoh KKN Tematik, penelitian-penelitian kontekstual, selain recognisi internasional, dirasakan langsung oleh masyarakat manfaatnya.
Universitas Gadjah Mada memiliki KKN tematik pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM- UGM), Universitas Kristen Petra membuat Community Outreach Program (COP), UNAIR mengembangkan lembaga Penyakit tropik, UNAND dengan kegiatan ekstra kurikuler Mahasiswa berbasis asrama, UBINUS dengan benckmark service excellence, ISO 9001-2000, Malcolm Baldridge dan lain sebagainya.
Poinnya adalah perguruan tinggi harus saling belajar dan saling membantu. Dirjen selalu mengingatkan dalam berbagai pertemuan, termasuk dalam Rembuk nasional ini, perguruan tinggi jangan merasa sendirian, walaupun ada otonomi yang besar, harus saling merajut kerjasama satu dengan yang lainnya. Harus dihilangkan sekat-sekat Universitas, bahkan sekat-sekat fakultas di dalam satu universitas yang menghalangi untuk berkomunikasi dan saling belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar